Dendy Kuncoro
Biogafiku
Dendy kuncoro namaku,dendy nama panggilanku.Aku lahir pada tanggal 12 Desember 1986 di Semarang.
Kata orang tuaku aku dulu(waktu kecil) sering sakit antaralain:sakit gatal dan bisul.Waktu kecil aku juga nakal.Setiap beli bubur dan bila minta tambah,tak segera diberi mangkuknya saya banting,sehingga buku harus menggantinya.
Ada cerita yang unik dari orang tuaku,’Dulu waktu kamu masih dalam kandungan,ayah sering memancing,dan ibu pernah makan sampai tambah lima kali’.Yah jadinya aku suka makan dan memancing,meskipun begitu aku sering puasa senin–kamis juga lho.
Pada umur kurang lebih tiga tahun aku sekeluarga pindah rumah ke Temireng-Blora rumahku gandeng dengan rumah kakekku.Disana penyakitku mulai sembuh tinggal penyakit telinga.Hal ini terjadi hingga aku masuk TK(tahun 1991).Di TK aku sering diolok-olok,dan dikucilkan sehingga membuat aku menjadi tidak PD.Pernah suatu ketika bibiku dari Banyuwangi memberiku jam digital.Waktu kubawa ke sekolah jamku dirampas oleh teman-teman dan dipukul dengan batu ,sehingga hancur.Di tahun pertama TK waktu di kelas aku tidak mau menulis atau apapun aku hanya diam saja.Aku masih ingat waktu orang tuaku mengajariku membaca,suasananya masih gelap,karena listrik belum masuk desaku.
Pada tahun kedua di TK,penyakitku sudah mulai sembuh,dan teman-teman yang sering menganiaya aku sudah masuk SD,sehingga aku mulai PD dan bisa belajar dengan baik.
Pada tahun 1993 aku pindah rumah, tetapi masih di Temuireng . Rumahku yang baru dekat dengan mushala, sehingga aku bisa mengaji setiap sore. Di sana aku mulai banyak teman pertengahan tahun 1993 aku masuk SD Temireng1. Cawu satu bisa rangking satu, waktu itu aku senang sekali.
Di akhir tahun 1993 tepatnya tanggal 29 Desember 1993, adikku lahir dia diberi nama Muhammad David, dengan kelahirannya maka berakhirlah masa kesendirianku dan menambah kebahagiaan dirumahku. Oleh karena itu aku merasa cukup mendapat kasih sayang dari orangtua,satu setengah tahun kemudian adikku yang kemudian diberi nama Welli Agustina lahir.
Masa di SD sungguh mengasikkan, teman-temanku banyak dan sifatnya masih polos semua. Aku juga sering rangking satu sehingga orangtuaku semakin sayang padaku terutama ibuku. Aku lulus dengan danem tertinggi di SDku. Dan guruku memberi hadiah kepadaku.
Lulus dari SD(1999) aku melanjutkan sekolah ke SMPN 2 Randublatung. Pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1999, ada isu bahwa kiamat. Sehari sebelumnya diumumkan ”Siapa yang tidak masuk besok akan diberi sanksi” kata Guruku. Ternyata pas hari itu ada temenku yang tidak masuk, karena takut dihukum temanku besoknya tidak masuk, besoknya lagi tidak masuk, hingga akhirnya dia putus sekolah. Aku sekolah di SMP ini hanya satu tahun, karena saat naik ke kelas dua aku pindah ke Kalibarumanis-Banyuwangi.
Aku melanjutkan sekolah di SLTP N 1 Kalibaru.Waktu pertama masuk kegiatannya bersih-bersih sekolah. Aku mulai berkenalan dengan teman, sambil bersih-bersih. Oleh pihak sekolah aku dimasukkan ke kelas unggulan. Sewaktu pelajaran computer aku tertidur,maklum aku tidak tahu sama sekali dengan komputer, karena di Randublatung belum ada komputer. Besoknya aku di pindah ke kelas biasa. Aku sering disindir teman-teman dengan menggunakan bahasa Madura, tapi aku cuek saja. Selama tiga cawu(kelas 2) aku selalu rangking satu, sehingga kelas tiga aku masuk kelas unggulan. Di kelas unggulan aku tidak pernah rangking satu lagi, namun danemku masih termasuk 10 besar di SLTP-ku.
Lulus dari SLTP(2002) aku melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Genteng-Banyuwangi yang katanya favorit di Banyuwagi. Waktu daftar ulang ayahku sakit, mungkin karena memikirkan biaya untukku. Memang kalau Allah sudah berkehendak pasti ada jalan, temanku datang kerumah dengan pamannya katanya, beliau dapat dana pensiunan (kalau tidaksalah). Beliau memberi uang untuk bayar daftar ulang dan membeli buku serta diberi sepatu.
Pada saat itu aku senang sekali bisa masuk di SMA favorit. Awal-awal di SMA aku belum berpretasi hingga aku naik kelas dua. Di kelas dua saya mendengar kabar bahwa di kelasku banyak anal-anak preman. Mengetahui hal tersebut dalam hatiku aku berkata ’Aku harus bisa rangking satu agar bisa pindah ke kelas unggulan. Setelah cukup lama bergaul dengan teman-teman, ternyata teman-teman tidak senakal yang kubayangkan, hanya saja suka main kartu tapi tidak pakai uang.
Setelah satu semester tibalah saat penerimaan raport. Orangtuaku yang datang ke sekolah mengambil raport, sedangkan aku ikut kerja bakti di masjid dikampung. Sekitar pukul 09:00 orangtuaku sudah pulang. Sambil berangkat mencari dagangan ibuku memberitahu bahwa aku rangking 1(juara kelas). Maka semester dua aku pindah ke kelas unggulan kedua. Ternyata pindah di kelas unggulan tidak enak karena harus beradaptasi lagi, dan anaknya tidak sekompak kelasku yang dulu.
Saat kelas tiga aku memutuskan untuk tinggal di Masjid sekolah, namanya Masjid Al-Hidayah. Prinsip kami ’Barang siapa memakmurkan Masjid, niscaya Allah akan memakmurkannya’.
Kegiatan kami di Masjid antara lain:membersihkannya setiap hari, khataman AlQur’an satu bulan sekali, shalat berjamaah, menyiapkan keperluan untuk shalat Jum’at, olah raga bersama setiap sore, silahturahmi kerumah guru-guru (kadang-kadang), dan istighasah bersama setiap akan ujian.
Masa-masa di SMA sungguh menyenangkan, disana aku mendapatkan banyak hal. Diantaranya: aku belajar berorganisasi, bisa shalat lima waktu dengan berjamaah, bisa akrab dengan guru-guru,mempunyai banyak teman,sering belajar kelompok,belajar memasak, mengaji bersama, bisa menjaga diri dari pergaulan yang kurang baik , bagaimana berinteraksi dengan orang lain dsb.
Lulus dari SMA(2005) aku ikut bimbingan belajar karena aku ingin melanjutkan kuliah. Sebenarnya dari pihak keluarga disarankan untuk melanjutkan di D3 Elektro ITS. Tapi dalam hati saya bilang ’Masak ikut bimbingan belajar tidak ikut SPMB’. Kemudian saya meneruskan niat saya untuk ikut SPMB dengan memilih Teknik Elektro dan Teknik Mesin ITS. Setelah selesai SPMB saya hanya berharap semoga tidak diterima di kedua jurusan tersebut, agar tidak bingung meneruskan hasil SPMB atau ikut tes D3 Elektro.
Satu bulan kemudian ada penguman hasil SPMB, saya diberi tahu temanku bahwa saya diterima di T Elektro ITS. Kami sekeluarga bingung, apakah harus saya teruskan atau ikut tes D3. Sorenya saya kemudian pergi kerumah Bangun (waktu itu dia kelas2) dan menceritakan keadaanku. Seninnya temanku (Eko dan Hendra) datang ke rumah (karena diberi tahu Bangun) dengan membawa brasur tentang D3 Elektro, dari brasur kami mengetahui bahwa biaya uang gedung D3 lebih mahal dari pada S1. Setelah melalui pertimbangan yang lama akhirnya kami sekeluarga sepakat agar saya meneruskan kuliah di S1 Teknik Elektro.
Sekali lagi saya merasa mendapat barakah dari memakmurkan masjid disekolah , ternyata temanku(Bangun) menceritakan masalahku kepada Bu Nur Aisyah(Guru SMA). Kemudian beliau mencari sumbangan kepada guru-guru lain untuk saya. Bahkan Bu Ismiati menawarkan rumahnya yang di Surabaya untuk saya tempati. Saya sangat bersyukur kepada Allah dengan saya bisa masuk ITS, karena ada teman saya yang tidak lulus SPMB sehingga ibunya sampai menangis. Dari sekolah saya mendapat tambahan uang sebesar satu juta seratus ribu rupiah, sehingga aku punya uang kurang lebih tiga juta rupiah untuk daftar ulang.
Saya berangkat ke ITS dengan ayah karena aku belum tahu seluk-beluk Surabaya. Setelah daftar ulang dan mengikuti psikotes dan lainnya aku mengikuti pengkaderan yang dikenal dengan DIODA (Diklat Orientasi Dasar), yang diadakan oleh Himatektro-ITS .
Setelah beberapa bulan kuliah, ada pengumuman ‘Siapa yang ingin beasiswa harap hubungi komting’. Beberapa hari setelah daftar saya dapat undangan untuk mengikuti tes wawancara di Asrama Etos . Sayapun datang untuk mengikuti tes tersebut. Waktu yang mewawancarai saya Mas Imam, oleh Mas Imam saya ditanyai segala macam pertanyaan sampai lama.
Setelah hari raya saya merasa sudah tidak cocok lagi dengan kos-kosan saya, hingga suatu ketika saya berdo’a ‘Ya Allah berikanlah saya tempat yang lebih baik dari tempat ini. Ternyata Allah mengabulkan do’a saya, saya mendapat kabar bahwa saya diterima di Etos , sehingga sayapun pindah ke Asrama Etos.
Jadi kalau kita berbuat baik, maka sesungguhnya berbuat baik untuk dirinya sendiri, sebaliknya barang siapa yang berbuat buruk, maka kembalinya juga pada dirinya sendiri.